Wednesday, November 9, 2011
Thursday, September 22, 2011
Jalani Kehidupan Ini dengan Ilmu
Siapakah
kita di dunia ini? Untuk apakah kita terlahir di dunia ini? Pertanyaan tersebut
haruslah terpatri dalam benak kita semua.
Kita di dunia ini semata-mata hanyalah
sebagai hamba-Nya. Kita terlahir ke dunia ini semata-mata hanyalah untuk
menyembah Allah Swt. Dan menuntut ilmu merupakan salah satu wasilah bagi kita
untuk menyembah-Nya. Dengan menuntut ilmu kita dapat lebih mengenal Allah.
Ketika
kita belajar ilmu hisab, maka sebenarnya kita sedang mendekatkan diri pada Yang
Maha Penghisab. Ketika kita mempelajari tentang penciptaan, maka kita akan
mengetahui bahwa itu semua tidak terjadi secara kebetulan melainkan dengan
adanya peran penting yang dimainkan oleh Yang Maha Pencipta. Ketika kita
belajar membuat sesuatu sesempurna mungkin, maka kita akan menyadari bahwa
tiada yang sempurna selain Allah.
Pertama kali kita keluar dari
rahim ibu, kita tak tahu-menahu tentang dunia ini. Kita hanya dapat menagis
sekencang-kencangnya. Setelah itu kita diajarkan oleh kedua orangtua kita.
Mulai dari telinga kanan kita diadzani sampai telinga kiri di-iqomati. Mereka
mengajarkan kita untuk berjalan, untuk berbicara. Tidak hanya itu, mereka juga
mendidik kita agar berakhlaqul karimah, agar kita menjadi anak yang
sholeh.
Kita sangatlah membutuhkan
pendidikan, karena pendidikan menjadikan kita orang yang lebih baik secara ilmu
mau pun akhlaq. Ilmu menjadikan kita sebagai orang yang berwawasan luas. Tetapi,
ilmu tanpa akhlaq tidaklah berarti apa-apa. Akhlaq lah yang harus diutamakan, setelah
itu barulah ilmu. Al-akhlaq qobla al-ilm.
Menuntut ilmu merupakan suatu
kewajiban bagi setiap muslim di dunia ini. Dan dalam menuntut ilmu kita
haruslah bersungguh-sungguh agar kita menjadi orang yang intelek dan
berdedikasi tinggi. Rasulullah bersabda: “Tuntutlah ilmu dari dalam buaian
sampai akhir hayat.” Oleh karena itu, sudah semestinyalah kita menuntut ilmu
sampai akhir hayat kita. Tetapi kita harus menyeimbangkan ulum syar’i dan ulum
kauni dengan porsi yang setara. Janganlah kita “menganak tirikan” salah
satunya.
Tuntutlah ilmu walau ke
negeri Cina. Maksudnya bukanlah kita harus menuntut ilmu ke Negeri Tirai
Bambu tersebut, melainkan kita boleh menuntut ilmu di negeri yang sangat jauh
sekali pun. Kita boleh-boleh saja kok menuntut ilmu ke Saudi, ke Turki bahkan
ke Perancis sekalipun. Tetapi, ketika kita berada di negeri jauh tersebut, kita
tidak boleh melupakan ajaran Islam. Karena, mungkin di negeri yang jauh
tersebut banyak sekali cobaan dan cobaan tersebut bermacam-macam jenisnya.
Menuntut ilmu sangatlah penting.
Ini terbukti sejak zaman dahulu. Nabi Adam diajari oleh Allah Swt. tentang
makhluk-makhluk yang ada di muka bumi ini. Pada zaman Rasulullah, Nabi diutus
untuk memperbaiki akhlaq orang-orang jahiliyah ketika itu, dan menyempurnakan
ajaran dengan membawa Islam. Pada zaman penjajahan, pendidikan di Indonesia
hanya untuk kalangan terbatas, seperti bangsawan. Ini dilakukan agar para
pribumi tidak menjadi cerdas, agar mereka tak dapat melakukan perlawanan dan
mudah untuk dikelabuhi oleh penjajah.
Tidak ilmu suluh padam.
Kira-kira begitulah bunyi sebuah pribahasa. Artinya kalau kita tidak memiliki
ilmu maka kita akan “tersesat” dalam lebatnya belantara kehidupan ini. Dan
sebaliknya, kalau kita memiliki ilmu maka kita akan mudah menjalani hidup.
Rasulullah Saw. kembali
bersabda: “Lan yasbi’al mu’minu min khoirin yasma’uhu hatta yakuuna
muntahaahul jannah.” Seorang mu’min tidak akan pernah puas menununtut ilmu
sampai ia mendapatkan al-jannah. Maka janganlah kita bosan menuntut ilmu
agar kita tidak menjadi generasi yang bodoh.
Tetapi, sebenarnya di dunia ini
tidak terdapat orang bodoh, melainkan hanyalah orang-orang yang malas menuntut
ilmu. Karena malas menuntut ilmu -mungkin disebabkan banyaknya ilmu yang harus
mereka tuntut atau mungkin disibukkan oleh hal yang sifatnya hanya
menyia-nyiakan waktu, seperti bermain-main dengan hal yang tidak bermanfaat- pada
akhirnya mereka menjadi bodoh. Perspektif seperti ini tidak boleh di pelihara
oleh kaum muslimin, karena ilmu sangatlah penting bagi kehidupan kita, di dunia
mau pun di akhirat.
Rasulullah bersabda: “Man
araadad dunya fa ‘alaihi bil ilmi, waman araadal akhirata fa ‘alaihi bil ilmi,
wa man araada humaa fa ‘alaihi bil ilmi.”
Wednesday, August 10, 2011
MERDU
Gitar berteriak dipetik
Oh, tidak, bukan berteriak
Melainkan bersenandung
Mengalunkan nada-nada indah
Seindah suara alam yang terdengar, Kawan
Dengan memainkan kunci-kuncinya
Menghasilkan not-not yang berkesan
Kemudian,
Suara perkusi ditabuh menyusul
Memadukan diri dengan gitar
Tercipta kolaborasi yang berwarna
Sewarna pelangi yang tecitra, Kawan
Bass mengiringi mereka
Memberikan sentuhan bermakna
Selembut angin yang membelai, Kawan
Terlahirlah kesatuan,
dengan vokal mendayu bersama
Kawan
Perhatikanlah,
Mereka refleksi tentramnya semesta
Merdu,
Hingga lalu []
Friday, August 5, 2011
Kisahkan Ceritamu sambil Berjalan
Pengalaman adalah guru yang tegas, karena ia menguji dahulu baru mengajarkan---- Aturan Vernon Saunders
Kalau kata pepatah Arab:
التجريبة خير برهان
“Pengalaman adalah sebaik-baiknya pelajaran”
Setiap insan pasti punya yang namanya masalah, entah itu besar atau kecil. Kalau ada seseorang yang bilang dia ga punya masalah berarti ia tak mengerti hakikat sebenarnya dari masalah tersebut. Masalah itu selalu menghampiri, saling silih berganti. Satu masalah terselesaikan maka masalah lainnya akan datang atau masih ada yang lain yang harus diselesaikan. Terkadang masalah terlihat sangat mengganggu, nyusahin, nyebelin dan lain-lain. Masalah juga dianggap sebagai penghambat untuk kita. Tapi masalah adalah hal yang membutuhkan penyeselaian, pemecahan dari masalah tersebut. Ia adalah pemerbaik diri kita atau bisa jadi pemerosok, tergantung bagaimana kita menanggapinya.
Ketika kita mendapatkan masalah, yang didapat bukanlah satu masalah melainkan sepasang masalah. Mengapa dikatakan sepasang? Satu merupakan masalah itu sendiri dan pasangannya adalah penyelesain. Masalah menghampiri kita, kemudian apa yang kita lakukan? Apakah hanya berdiam diri? Yang jelas, sebagai manusia yang diberi anugrah yang sangat berlimpah, kita harus terus move, on and on. Yang lalu dijadikan pelajaran untuk menghadapi yang berikutnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)